Validasi metode adalah konfirmasi bahwa metode yang bersangkutan memenuhi persyaratan tujuan penggunaannya, yaitu melalui cara menganalisis metode dan mengumpulkan bukti-bukti yang objektif. Sesuai dengan definisi tersebut maka dalam validasi metode dilakukan :
• Evaluasi kemampuan unjuk kerja metode, misalnya kepekaan, akurasi, selektivitas dan sebagainya.
• Evaluasi metode menggunakan peralatan yang unjuk kerjanya memenuhi persyaratan dan cukup terkalibrasi, serta dilaksanakan oleh tenaga yang kompeten dan mampu memberikan interpretasi terhadap hasil-hasil observasi yang diperoleh.
Metode-Metode yang Memerlukan Validasi
• Metode tidak baku
• Metode yang baru dikembangkan, yaitu karena karakteristik unjuk kerjanya belum diketahui (yang berkaitan dengan tujuan penggunaannya)
• Metode standar yang dimodifikasi untuk penggunaan lain, validasi yang diperlukan bergantung kepada tingkat modifikasi.
• Metode yang digunakan di laboratorium lain, oleh analis yang lain atau menggunakan instrumentasi lain, karena biasanya metode apapun (termasuk metode standar) yang diterapkan di suatu laboratorium akan mengalami ”penyesuaian” agar sesuai dengan situasi dan kondisi laboratorium tersebut (termasuk dalam hal instrumentasi yang mungkin harus memiliki spesifikasi unjuk kerja tertentu dan analisnya mungkin harus mempunyai tingkat kompetensi tertentu). Validasinya bergantung kepada tingkat penyesuaian yang dilakukan.
• Metode baku yang digunakan diluar lingkup
• Metode yang unjuk kerjanya dibandingkan dengan metode standar yang sudah divalidasi atau sudah diketahui kemampuan maupun keterbatasannya.
Parameter Validasi Metode Analisis
• Kecermatan (accurasi)
Kecermatan metode Analisis adalah ukuran kedekatan hasil Analisis suatu metode dengan kadar sampel yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persentase perolehan kembali (recovery) dari penambahan sejumlah analit pada sampel. Kecermatan (accurasi) merupakan ukuran ketepatan prosedur Analisis. Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standar addition method). Kecermatan dinyatakan dalam % perolehan kembali. Presentase perolehan kembali dapat dihitung sebagai berikut:
% Perolehan Kembali = (C1 – C2) / C3 x 100%
Keterangan : C1 : konsentrasi dari analit dalam campuran contoh + sejumlah tertentu analit
C2 : konsentrasi dari analit dalam contoh
C3 : konsentrasi dari analit yang ditambahkan ke dalam contoh.
Perolehan kembali yang baik adalah 96 – 105 % (untuk konsentrasi menengah) 90 – 110 % (untuk konsentrasi rendah).
• Keseragaman (Precision)
Keseragaman adalah derajat kesesuaian sekelompok hasil Analisis secara individual jika suatu metode digunakan secara berulang terhadap beberapa sampel yang homogen. Keseragaman dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keseragaman dapat ditentukan paling sedikit tujuh sampel yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen, atau tiga konsentrasi analit dalam rentang tertentu dengan masing-masing tiga replikasi.
Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan koefisien variansi 2% atau kurang, tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Keseragaman dinyatakan sebagai standard deviation (SD) atau relative standard deviation (RSD) atau koefisien variasi (CV).
Relative standar deviasi (RSD) = SD/ x *100%
• Spesifitas dan Selektivitas
Spesifitas suatu metode analisis adalah kemampuan untuk mengukur analit secara cermat dan spesifik dengan keberadaan komponen lain yang diperkirakan ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dinyatakan sebagai derajat bias terhadap hasil analisis yang diperoleh dengan menganalisis sampel yang mengandung cemaran, hasil peruraian produk, senyawa kimia sejenis atau bahan tambahan yang sengaja ditambahkan, kemudian dibandingkan terhadap hasil Analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. Sedangkan selektifitas adalah kemampuan metode memberikan sinyal analit pada campuran analit dalam sampel tanpa adanya pengaruh matriks
• Linieritas metode Analisis
Linieritas metode Analisis adalah kemampuan metode Analisis untuk mendatangkan hasil Analisis (respon) yang secara langsung atau dengan bantuan transpormasi matematika, sebanding dengan konsentrasi analit dalam sampel. Kelinieran suatu metode harus Dianalisis untuk membuktikan adanya hubungan linier antara konsentrasi analit dengan respon instrumen. Syarat linieritas dapat ditentukan dari koefisien korelasi (r) yang mendekati sama dengan satu.
• Batas deteksi (Limit of Detection, LOD)
Batas deteksi (Limit of Detection, LOD) adalah konsentrasi analit terkecil pada sampel yang dapat terdeteksi dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode Analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen, batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen, batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku / standard deviation (SD) respon blangko.
• Limit Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ)
Limit Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) adalah konsentrasi analit terendah dalam contoh yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi eksperimen yang ditentukan. Ada konvensi yang menyatakan bahwa LOQ = blanko contoh + 5 SD (atau 6 SD atau 10 SD).
• Ruggedness (Ketahanan Metode)
Ruggedness adalah ukuran bagi suatu metode Analisis dalam mempertahankan unjuk kerjanya dalam situasi dimana pengukuran kondisi analisis sempurna.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete